PARA NAGA JAWA DARI DAHA

ikon-1
0
0


Naga Jawa adalah mahluk mitologi Jawa yang telah direka setidaknya sejak zaman Majapahit. Makhluk ini memiliki wujud seperti ular raksasa, mirip dengan naga Tiongkok namun tanpa kaki, dan biasa digambarkan mengenakan makhkota. Naga Jawa merupakan campuran gambaran naga Hindu-Buddha dengan kepercayaan lokal yang dipengaruhi oleh gambaran naga Tiongkok. Naga Jawa biasanya digambarkan sebagai pelindung atau pengayom, sehingga umum ditemukan dalam pahatan gerbang, pintu masuk, atau undakan tangga dengan maksud melindungi bangunan yang ia tempati

Etimologi
Kata naga berasal dari bahasa Sanskerta nāgá, yaitu perwujudan ular Kobra raksasa yang ditemukan dalam kepercayaan Hindu, Buddha dan Jain. Kata nāgá kadang juga digunakan untuk merujuk "ular" secara umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia naga diartikan sebagai ular yang besar.
Pandangan Terhadap Naga
Naga atau Ular menurut pandangan bangsa Indonesia dianggap sebagai lambang dunia bawah. Sebelum Zaman Hindu (Neolithicum), di Indonesia terdapat anggapan bahwa dunia ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu dunia bawah dan dunia atas, yang masing-masing mempunyai sifat-sifat bertentangan. Dunia bawah antara lain dilambangkan dengan bumi, bulan, gelap, air, ular, kura-kura, buaya. Sedangkan dunia atas dilambangkan dengan matahari, terang, atas, kuda, rajawali.Pandangan semacam itu juga hampir merata di seluruh bangsa Asia. Dalam cerita Mahabarata maupun pandangan bangsa Indonesia sendiri sebelum Zaman Hindu, naga atau ular selalu berhubungan dengan air, sedangkan air mutlak diperlukan sebagai sarana pertanian.

Dekorasi Naga sebagai hiasan pada Gamelan.
Dalam kesenian rakyat kita juga sering melihat bentuk ukiran yang berbentuk ular Naga yang tertera pada gantungan dari kayu yang dipergunakan untuk menggantung gamelan dalam keadaan mulutnya terbuka lebar dengan lidah bercabang yang menjulur keluar.
Selain itu benda-benda pusaka yang berbentuk keris banyak yang menggunakan nama ular Naga ini. Seperti keris Naga Runting, keris Naga Ransang, keris Naga Sasra dan lain sebagainya. Keris tersebut dinamakan naga karena memang bentuk bilah keris yang melengkung menyerupai ekor naga. Juga ada pusaka yang berbentuk tombak yang bemama tombak Naga Baru Kelinting miliknya Ki Ageng Mangir atau Ki Ageng Mangir Wanabaya, Kepala kapal layar juga banyak yang diukir dengan bentuk gambar kepala ular Naga
Simbol Penjagaan
Naga Jawa juga ditemui di beberapa relief candi. Naga di candi ini dinamakan Naga Taksaka yang bertugas menjaga candi. Umumnya ular naga dijadikan pola hias bentuk makara yaitu pipi tangga di kanan dan kiri tangga naik ke bangunan candi yang dibentuk sebagai badan dan kepala naga: mulut naga digambarkan terbuka lebar dan lidahnya menjulur keluar dalam wujud untaian manik-manik ataupun bentuk makara dengan naga yang menganga dengan seekor singa di dalam mulutnya. Hiasan semacam ini umum didapati di candi-candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Sering pula wujud naga dipahat di bawah cerat yoni karena yoni selalu dipahat menonjol keluar dari bingkai bujur sangar sehingga perlu penyangga di bawahnya. Fungsi naga pada bangunan candi atau pada yoni tampaknya erat kaitannya dengan tugas penjagaan atau perlindungan terhadap sebuah bangunan
( Wikipedia - Kediri 11Mei2020 02.50 )
Photo lama dari mas Riyan Dhamma Foto baru saya ambil dari Museum Nasional
Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)
To Top