Potong Puncak Tumpeng!
Mari kita telaah lebih dalam...
Bentuk Kerucut: Simbol Gunung dan Ketuhanan
Tumpeng berbentuk kerucut menyerupai gunung, yang dalam kepercayaan budaya Jawa merupakan tempat suci, tempat para dewa atau simbol kedekatan manusia dengan Sang Pencipta. Bentuknya yang menjulang ke atas menggambarkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan: bahwa manusia senantiasa memohon, berserah, dan menyembah kepada Yang Maha Kuasa.
Puncak Tumpeng: Titik Suci yang Harus Dijaga
Puncak tumpeng adalah simbol puncak doa, harapan, dan permohonan. Ketika seseorang memotong langsung bagian atas tumpeng, tindakan itu secara simbolis dianggap seperti memutus hubungan spiritual antara manusia dan Tuhan.
Dalam tradisi yang bijak, pemotongan tumpeng dilakukan dengan mengambil dari bagian bawah atau samping, agar bentuk kerucut tetap terjaga. Ini mengandung makna: meskipun kita menikmati hasil bumi dan rezeki, kita tetap menjaga rasa hormat kepada Yang Maha Kuasa.
Tradisi yang Sarat Makna, Bukan Sekadar Seremonial
Tumpeng biasanya hadir dalam momen-momen penting: syukuran, kelahiran, pernikahan, bahkan saat bersyukur atas panen atau pencapaian. Di balik acara potong tumpeng, terselip doa-doa yang mengalir: harapan atas keselamatan, keberkahan, dan rezeki yang terus mengalir.
Oleh karena itu, memotong tumpeng seharusnya dilakukan dengan penuh kesadaran dan penghormatan, bukan sekadar formalitas atau hanya untuk dokumentasi.
Melestarikan Kearifan Lokal, Menjaga Makna Budaya
Sebagai orang Jawa, mari kita jaga dan lestarikan kearifan lokal ini. Tradisi bukanlah hal kuno yang harus ditinggalkan, melainkan akar jati diri yang membuat kita tetap membumi.
Jadi, saat Anda melihat atau hendak memotong tumpeng, ingatlah bahwa di balik nasi kuning itu, ada pesan suci yang harus dijaga. Jangan potong puncaknya biarlah ia tetap menjulang, menjadi simbol doa dan hubungan kita dengan Yang Maha Esa.