Kerudung Dulu dan Sekarang
Saya masih ingat, anak-anak yang memilih berkerudung di masa itu biasanya dikenal pendiam, sopan, dan halus tutur katanya. Gaya bicara mereka terukur, cara bergaul mereka pun penuh batas-batas. Bukan berarti mereka eksklusif atau menutup diri, tapi memang ada sesuatu yang membuat orang segan. Bahkan di kalangan teman-teman laki-laki, ada kesadaran tak tertulis: jangan sembarangan bicara atau bercanda yang aneh-aneh di depan mereka. Godaan pun seolah kehilangan niat, karena dari mereka memancar sesuatu yang membuat kita secara alami menahan diri.
Kini, pemandangan itu berubah.
Berkerudung sudah menjadi hal yang sangat umum. Di hampir semua sekolah, bahkan jadi bagian dari seragam. Tapi entah kenapa, makna yang dulu terasa begitu kuat justru sekarang tampak memudar. Kerudung memang menutup kepala, tapi tidak lagi selalu menyimbolkan akhlak atau etika seperti dulu.
Kita tentu tidak bisa menggeneralisasi masih banyak remaja berhijab yang menjaga sikap dan tutur kata dengan baik. Tapi fenomena yang tampak di permukaan tidak bisa diabaikan. Kini, kita bisa dengan mudah melihat gaya bicara yang keras, bahasa yang bebas, bahkan candaan yang kadang tak pantas, datang dari siapa saja tanpa terkecuali, termasuk mereka yang mengenakan kerudung.
Kadang saya bertanya dalam hati, apakah ini hanya persoalan zaman? Apakah ini hasil dari kebebasan berekspresi yang makin luas, atau memang ada nilai yang mulai longgar dalam prosesnya?
Kerudung hari ini tampaknya lebih dekat pada simbol identitas sosial atau tren, ketimbang perwujudan dari kesadaran batin untuk menjaga diri. Dulu, memilih untuk berkerudung adalah keputusan yang cukup berat. Ia datang dengan kesadaran, dengan tanggung jawab moral. Tapi sekarang, kerudung bisa jadi hanya rutinitas: dikenakan karena semua teman juga begitu, atau karena tuntutan sekolah tanpa pemaknaan yang mendalam.
Tulisan ini bukan untuk menghakimi siapa pun. Tapi sebagai catatan kecil dari seseorang yang pernah menyaksikan perbedaan zaman, rasanya penting untuk mengingatkan: kerudung tak hanya soal kain yang menutup kepala, tapi semestinya menjadi penjaga sikap, tutur kata, dan akhlak.
Mungkin inilah tantangan kita hari ini membantu generasi muda memahami bahwa apa yang melekat di luar, harus selaras dengan apa yang tumbuh di dalam.